Langsung ke konten utama

Bertempur melawan kerumitan pikiran: terus menerus menjadi bumerang

 Bertempur melawan kerumitan pikiran: terus menerus menjadi bumerang 


By Rafif Abbas Pradana 

Manusia dianugerahi pikiran yang kompleks. Dengan kecerdasan, manusia bisa melakukan apa yang ia inginkan untuk mencapai tujuannya. Akan tetapi, pikiran kita sendiri bisa menjadi musuh kita. Terkadang, pikiran kita mengusahakan untuk berpikir tanpa henti. Dan karena kecemasan yang akan datang, pikiran kita seolah-olah terus memaksa bekerja walau otak ingin istirahat. Dalam keadaan ini, kita sering bingung dengan diri kita sendiri, merasa lelah dengan pikiran yang terus memikirkan hal-hal yang membuat kita cemas. Keadaan ini disebut overthinking. Sebuah monster di dalam pikiran, lebih menakutkan ketika menimpa kita.


Saya, setiap malam dalam keadaan yang lelah, sering mengalami overthinking. Overthinking tahu kelemahan kita ketika lelah secara fisik, makanya terus menyerang tanpa henti. Kadang saya sudah mengatakan bahwa saya menyerah dengan keadaan ini. Tapi entah kenapa overthinking semakin menjadi-jadi. Melupakan atau memaksa menghilangkan justru merangsang overthinking semakin buas dalam pikiran saya. Salah satu cara yang bisa mendamaikan keadaan dengan overthinking adalah membiarkan dia terus menusuk hati dan otak. Dengan cara ini, kita bisa berangsur-angsur pulih, tapi pertanyaannya, apakah benar-benar pulih? Tidak, karena pada akhirnya overthinking akan muncul lagi. Lalu bagaimana caranya agar overthinking ini bisa menghilang?


Saya sendiri mengambil sikap dengan berdialog dengan diri saya sendiri. Saya menyadari bahwa saya perlu menenangkan diri dengan menghibur diri dengan segala macam cara yang membuat saya merasa lebih tenang. Jika sudah tenang, overthinking ini akan terdiam dan berhenti. Ketika berhenti, tidurlah, agar tidak muncul lagi ketika kita mengingat masalah kita.


Sejujurnya, melawan overthinking ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai cara saya lakukan untuk menghilangkannya, tapi tak bisa. Jadi menurut saya, overthinking tidak bisa dihilangkan, hanya bisa diminimalisir dengan menenangkan diri kita dengan langkah-langkah yang menghibur diri kita.


Kerumitan pikiran ini membuat segalanya terasa kacau. Tak satupun masukan atau saran yang masuk ke dalam pikiran karena sudah penuh dengan kerumitan masalah. Pikiran yang baik adalah pikiran yang sehat, pikiran yang bisa mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Mungkin overthinking adalah ujian dari Tuhan untuk membuat kita lebih kuat dan taat kepada-Nya.


Bagi saya, salah satu cara untuk mengurangi overthinking adalah dengan meditasi. Meditasi membantu kita untuk fokus pada pernapasan dan melepaskan pikiran-pikiran yang mengganggu. Dengan meditasi, kita bisa menciptakan ruang dalam pikiran kita untuk beristirahat sejenak dari kerumitan yang ada. Selain itu, olahraga juga bisa menjadi cara yang efektif untuk mengalihkan pikiran dari hal-hal yang membuat kita cemas. Ketika kita berolahraga, tubuh kita melepaskan endorfin yang membantu kita merasa lebih baik dan lebih tenang.


Menulis juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi overthinking. Dengan menulis, kita bisa menuangkan segala kecemasan dan kekhawatiran kita di atas kertas. Hal ini membantu kita untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda dan mencari solusi yang lebih baik. Menulis juga membantu kita untuk mengenali pola pikir yang tidak sehat dan berusaha untuk mengubahnya.


Selain itu, berbicara dengan seseorang yang kita percayai juga bisa membantu. Terkadang, kita hanya butuh seseorang untuk mendengarkan tanpa memberikan penilaian. Dengan berbicara, kita bisa melepaskan beban yang kita rasakan dan merasa lebih ringan.


Namun, penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk mengatasi overthinking. Apa yang bekerja untuk satu orang belum tentu bekerja untuk orang lain. Oleh karena itu, penting untuk mencoba berbagai cara dan menemukan apa yang paling efektif untuk diri kita sendiri.


Meskipun sulit, penting untuk tetap optimis dan percaya bahwa kita bisa mengatasi overthinking ini. Dengan kesabaran dan usaha yang terus-menerus, kita bisa belajar untuk mengendalikan pikiran kita dan menciptakan kehidupan yang lebih tenang dan bahagia.


Overthinking mungkin tidak akan pernah benar-benar hilang, tapi kita bisa belajar untuk hidup dengannya dan tidak membiarkannya menguasai kita. Dengan menerima bahwa overthinking adalah bagian dari diri kita, kita bisa mulai mencari cara untuk mengatasinya dan menjalani hidup dengan lebih baik. Ingatlah bahwa kita tidak sendirian dalam perjuangan ini. Banyak orang di luar sana yang mengalami hal yang sama dan bersama-sama kita bisa saling mendukung dan menguatkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Negeri yang Demam oleh Amarah

  Stres berkepanjangan membuat saya terus bertanya pada diri sendiri, mengapa kepala saya dipenuhi masalah dan ketakutan yang menghantui. Lemas dan letih rasanya menghadapi keadaan ini, apalagi melihat situasi yang genting. Kerusuhan dalam diri tak lagi bisa dibendung, penjara ketakutan telah merampas kebahagiaan saya. Ruang-ruang batin pun berantakan setelah hati dan pikiran saya dijarah oleh rasa takut. Berita televisi dan media sosial dipenuhi kecemasan. Kota terasa semakin tercekam oleh massa yang menyampaikan aspirasi kepada mereka yang duduk nyaman di kursi kekuasaan. Emosi membara, kemarahan muncul karena rakyat diremehkan oleh salah satu wakilnya yang seharusnya mewakili suara banyak orang. Massa aksi selayaknya semut-semut kecil, bergerombol lalu bubar ke segala arah tanpa tahu jalan pulang. Mereka berdiri berjam-jam hanya untuk mendengarkan teriakan sekawannya. Namun, tidak semua yang berkerumun murni menyuarakan aspirasi, ada provokator yang membuat keadaan semakin mence...

THR: Dari Mogok Buruh ke Proposal THR

  Bulan Ramadhan telah berakhir, dan saya merasa cukup senang menyambut hari Lebaran. Hari yang penuh kebersamaan itu akhirnya tiba, dan saya tidak sabar menunggu THR. Namun, saya sadar bahwa saya sudah bukan anak sekolah lagi, sekarang saya adalah seorang mahasiswa. Kata saudara saya, anak kuliah justru memiliki lebih banyak kebutuhan dibandingkan anak kecil atau anak sekolah. Tahun lalu saya masih mendapatkan THR, tetapi tahun ini saya tidak tahu apakah masih akan mendapatkannya. Saya butuh uang untuk membeli PDH Belistra dan himpunan, agar bisa segera melunasinya. Saya melihat para pekerja mendapatkan tunjangan hari raya berupa uang atau sembako, termasuk ayah saya. Tahu tidak kalau THR ini di tahun 1953 dulunya disebut Hadiah Lebaran atau Persekot Hari Raya? Saat itu, pemberian tersebut bersifat sukarela dari majikan sebagai bentuk kepedulian sosial. Pada tahun 1950-an, para buruh hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, dengan penghasilan yang bahkan tidak cukup untuk membeli ...

Semua Sudah Diatur, Tidak Perlu Dipikirkan

 Semua Sudah Diatur, Tidak Perlu Dipikirkan   Malam yang sunyi, saya kembali menulis. Kali ini, saya menulis tentang permasalahan kehidupan saya. Masalah hidup saya sama seperti masalah negeri ini. Dari ujung barat sampai timur, negeri ini dipenuhi oleh kicauan mahasiswa yang berteriak menuntut keadilan. Begitu pula saya, yang terus berteriak kepada hati saya sendiri, merasa bersalah atas perbuatan yang telah berlalu.   Iya, memang saya selalu menyesali setiap tindakan yang sudah terjadi. Namun, saya berpikir bahwa Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyesal ketika membuat UU TNI, yang kini membuat gaduh narasi di media sosial. Kerusuhan terjadi di mana-mana karena naskah yang dibuat terburu-buru. Saya tidak tahu apakah naskah itu benar-benar disusun berdasarkan proses demokrasi.   Saya mendukung undang-undang ini karena saya percaya bahwa undang-undang itu tidak akan merugikan rakyat, justru menguntungkan mereka. Namun, saya juga meragukan kemampuan seseor...