Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2025

Literasi yang Dikriminalisasi

By Abbas Merah Belakangan ini media sosial ramai soal penyitaan buku di Sidoarjo, Jawa Timur. Polisi menyita buku-buku dari seorang tersangka yang terlibat pembakaran pos polisi pada 18 September 2025. Anehnya, buku-buku itu langsung disamakan dengan “barang berbahaya” seolah menjadi motif orang tersebut berbuat. Padahal jelas-jelas buku tidak ada hubungannya dengan aksi itu. Kompas.com mencatat buku yang disita antara lain Revisionisme karya Franz Magnis-Suseno, Anarkisme: Apa yang Sesungguhnya Diperjuangkan karya Emma Goldman, Kisah Para Diktator oleh Jules Archer, dan Strategi Perang Gerilya karya Che Guevara. Dari kasus ini terlihat jelas bahwa negara ketakutan jika rakyat mulai berpikir berbeda dari narasi tunggal yang digunakan. Mereka merasa terancam. Padahal, sesuai Pasal 39 KUHAP, barang bukti seharusnya benda yang dipergunakan secara langsung dalam tindak pidana oleh pelakunya. Jika dasar hukumnya tidak jelas, ini jelas merupakan kriminalisasi literasi yang telah dibangun...

Kajian hujan

BY ABBAS MERAH Hujan deras menghujani kampus, membasahi seluruh halaman dan jalan. Petir saling menyambar mengagetkan seluruh acara kajian yang dilaksanakan di perantara ruangan kelas, di sebelah PKM. Berbicang-bincang seru mengenai Perang Dunia Kedua. Saking seringnya petir menyambar layaknya bom atom, ledakan-ledakan di medan pertempuran. Para peserta semakin seru melihat dan mendengarkan pemantik yang seakan-akan mempunyai dimensi sendiri. Memainkan narasi dengan keadaan hujan yang deras. Walau suara hujan kencang, namun suara pemantik lebih kencang dari itu, sampai membuat pemantik hampir habis suara. Perang Dunia Kedua dimulai dari keegoan para pemimpin yang merebutkan ideologi yang paling baik, yang paling bermoral, yang melibatkan rakyat dan militer dalam jumlah besar. Perang ini memiliki dua tantangan utama, yaitu Jerman Nazi yang dipimpin Adolf Hitler dan lawannya Uni Soviet yang dipimpin Joseph Stalin. Keduanya haus darah, tidak peduli berapa banyak orang terbunuh, yang mer...