Langsung ke konten utama

Kertas masalah: berjuang dalam coretan emosi


Kertas masalah: berjuang dalam coretan emosi 

Seni instalasi yang dipamerkan oleh Rafif Abbas Pradana dengan nama "Kertas Masalah" merupakan kumpulan kertas buku bacaan, kertas puisi, tangkai daun, bunga, serta cairan merah yaitu Betadine, disertai dengan gambar orang yang memiliki kepala yang coret-coret. "Kertas Masalah" memiliki bentuk yang menyerupai hati dengan simbolisasi tentang cinta yang terkandung dalam tumpukan kertas tersebut. Seni ini memiliki makna yang mendalam bagi seniman karena menggambarkan emosi yang cukup berat yang membuatnya merasa frustasi dalam hidupnya, namun juga mencerminkan adanya energi positif yang selalu menemani, seperti simbol rangkaian daun yang melambangkan kelangsungan hidup.

Cairan Betadine memiliki simbolisme darah yang mengalir, mencerminkan bahwa hidup ini dapat menguras banyak energi dan menghadapi berbagai tantangan. Semakin maju, hidup akan menguras energi lebih banyak, dan setiap masalah akan tercermin dalam tumpukan kertas tersebut. Darah yang jatuh mencerminkan bahwa masalah dapat muncul di mana saja dan kapan saja, namun kita dapat berusaha meminimalisir dampaknya.

Kertas puisi melambangkan keindahan dan penderitaan dalam kehidupan. Hal ini menggambarkan bahwa kehidupan memiliki beragam makna, tergantung pada cara kita memahaminya secara mendalam. Gambar orang dengan kepala yang coret-coret menggambarkan bahwa seniman mengalami tingkat stres yang tinggi dan perlu untuk mengeluarkan dan menyegarkan pikirannya agar tidak terlalu terbebani.

Seniman memilih untuk tidak menggunakan darah asli karena menghargai kehidupan dan kesehatan. Karya ini dimaksudkan untuk dimusnahkan setelah dipelajari, sebagai simbol bahwa masalah dalam kehidupan juga dapat diselesaikan dan dilampaui.

Setelah menyelami karya "Kertas Masalah" dengan lebih dalam, dapat disimpulkan bahwa karya ini adalah sebuah refleksi yang kuat tentang kompleksitas kehidupan dan perjuangan manusia dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan. Melalui simbol-simbol yang terdapat dalam instalasi ini, seniman menggambarkan perjalanan emosional yang rumit, dari kesedihan dan frustasi hingga harapan dan kekuatan untuk bertahan.

Karya ini juga mengajak kita untuk merenungkan betapa pentingnya untuk tetap menghargai hidup dan menjaga kesehatan, bahkan ketika dihadapkan pada tekanan dan stres yang besar. Dengan memahami dan mengapresiasi keindahan serta penderitaan dalam kehidupan, kita dapat belajar untuk menjadi lebih kuat dan bijaksana dalam menghadapi setiap rintangan.

Dengan demikian, "Kertas Masalah" bukan hanya sebuah karya seni visual, tetapi juga sebuah pernyataan yang mendalam tentang manusia dan eksistensinya. Semoga melalui pemahaman yang lebih dalam terhadap karya ini, kita dapat menemukan inspirasi dan kebijaksanaan untuk mengatasi masalah dalam kehidupan kita sendiri..

Terima kasih atas penghargaan Anda untuk kritik dan saran. Semoga perbaikan ini membantu meningkatkan pemahaman tentang karya seni yang dipamerkan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Negeri yang Demam oleh Amarah

  Stres berkepanjangan membuat saya terus bertanya pada diri sendiri, mengapa kepala saya dipenuhi masalah dan ketakutan yang menghantui. Lemas dan letih rasanya menghadapi keadaan ini, apalagi melihat situasi yang genting. Kerusuhan dalam diri tak lagi bisa dibendung, penjara ketakutan telah merampas kebahagiaan saya. Ruang-ruang batin pun berantakan setelah hati dan pikiran saya dijarah oleh rasa takut. Berita televisi dan media sosial dipenuhi kecemasan. Kota terasa semakin tercekam oleh massa yang menyampaikan aspirasi kepada mereka yang duduk nyaman di kursi kekuasaan. Emosi membara, kemarahan muncul karena rakyat diremehkan oleh salah satu wakilnya yang seharusnya mewakili suara banyak orang. Massa aksi selayaknya semut-semut kecil, bergerombol lalu bubar ke segala arah tanpa tahu jalan pulang. Mereka berdiri berjam-jam hanya untuk mendengarkan teriakan sekawannya. Namun, tidak semua yang berkerumun murni menyuarakan aspirasi, ada provokator yang membuat keadaan semakin mence...

THR: Dari Mogok Buruh ke Proposal THR

  Bulan Ramadhan telah berakhir, dan saya merasa cukup senang menyambut hari Lebaran. Hari yang penuh kebersamaan itu akhirnya tiba, dan saya tidak sabar menunggu THR. Namun, saya sadar bahwa saya sudah bukan anak sekolah lagi, sekarang saya adalah seorang mahasiswa. Kata saudara saya, anak kuliah justru memiliki lebih banyak kebutuhan dibandingkan anak kecil atau anak sekolah. Tahun lalu saya masih mendapatkan THR, tetapi tahun ini saya tidak tahu apakah masih akan mendapatkannya. Saya butuh uang untuk membeli PDH Belistra dan himpunan, agar bisa segera melunasinya. Saya melihat para pekerja mendapatkan tunjangan hari raya berupa uang atau sembako, termasuk ayah saya. Tahu tidak kalau THR ini di tahun 1953 dulunya disebut Hadiah Lebaran atau Persekot Hari Raya? Saat itu, pemberian tersebut bersifat sukarela dari majikan sebagai bentuk kepedulian sosial. Pada tahun 1950-an, para buruh hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, dengan penghasilan yang bahkan tidak cukup untuk membeli ...

Semua Sudah Diatur, Tidak Perlu Dipikirkan

 Semua Sudah Diatur, Tidak Perlu Dipikirkan   Malam yang sunyi, saya kembali menulis. Kali ini, saya menulis tentang permasalahan kehidupan saya. Masalah hidup saya sama seperti masalah negeri ini. Dari ujung barat sampai timur, negeri ini dipenuhi oleh kicauan mahasiswa yang berteriak menuntut keadilan. Begitu pula saya, yang terus berteriak kepada hati saya sendiri, merasa bersalah atas perbuatan yang telah berlalu.   Iya, memang saya selalu menyesali setiap tindakan yang sudah terjadi. Namun, saya berpikir bahwa Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyesal ketika membuat UU TNI, yang kini membuat gaduh narasi di media sosial. Kerusuhan terjadi di mana-mana karena naskah yang dibuat terburu-buru. Saya tidak tahu apakah naskah itu benar-benar disusun berdasarkan proses demokrasi.   Saya mendukung undang-undang ini karena saya percaya bahwa undang-undang itu tidak akan merugikan rakyat, justru menguntungkan mereka. Namun, saya juga meragukan kemampuan seseor...