Langsung ke konten utama

Menghadapi Tantangan Hidup: Sebuah Renungan

 Menghadapi Tantangan Hidup: Sebuah Renungan

By Rafif Abbas Pradana 

 Setiap hari, tantangan hidup semakin berat untuk dihadapi. Dari zaman nenek moyang hingga sekarang, masalah selalu menjadi sesuatu yang menakutkan. Ketika masalah datang, banyak energi yang terbuang untuk memikirkannya dan menyelesaikannya. Di zaman yang semakin membingungkan ini, di mana banyak orang menjerit kesusahan, para petinggi justru menikmati kebahagiaan di atas penderitaan rakyat.

 Menghadapi situasi seperti ini terasa pincang, seolah tidak bisa berjalan dengan normal. Halangan selalu ada. Aku dulu berpikir bahwa aku bisa meraih mimpiku dengan mudah, tapi kenyataannya sulit sekali. Namun, itulah hidup. Hidup harus diperjuangkan. Kita harus bergerak sesuai hati, bukan berdasarkan perkataan orang lain. Mengikuti orang lain tanpa berpikir panjang bisa berakhir dengan penyesalan dan keterpurukan.

 Aku berharap kamu bisa menjadi orang yang kuat dan mengikuti kata hatimu, sehingga pilihanmu akan membawamu menjadi orang yang beruntung. Kamu harus bertahan dengan tekanan yang telah kamu pilih, jangan sampai menyesal. Tetaplah berdiri meskipun tekanan selalu menghantuimu. Dengan konsistensi, kita bisa mendobrak batas-batas yang tampaknya tidak mungkin dicapai.

 Berdirilah dengan penuh wibawa dan jangan biarkan dirimu direndahkan oleh orang-orang yang ingin menjatuhkan kita. Jangan jatuh karena perkataan mereka. Kita adalah bom waktu yang bisa meledak kapan saja, jadi persiapkan diri untuk membalas dengan cara menjadi seseorang yang berwibawa dan penuh kekuasaan dalam diri kita.

 Hidup penuh ketakutan akan masa depan. Wajar jika kita merasakannya. Dari ketidakpastian, kita belajar untuk mencapai kepastian. Kita sering tergelincir oleh ketidakpastian dan menyalahkan semesta yang tidak adil. Namun, ketidakpastian bisa mengajari kita untuk mencapai kebahagiaan. Kita butuh ketenangan batin, meskipun sulit mendapatkannya karena ketidakpastian selalu menyerang.

 Saat merenung tentang semesta, aku merasa damai meski dalam situasi sulit. Kita sering lupa untuk istirahat sebelum realita menghantam kita. Pikiran yang risau menyelimuti pikiranku yang lemah. Aku membutuhkan udara segar untuk menyegarkan pikiranku yang dipenuhi oleh overthinking.

 Ruang batin perlu dibersihkan agar tidak mengganggu langkah kita. Kita harus menjaga semangat dalam hidup dan terus melangkah. Jangan lemah, kamu pasti kuat dan tahan banting. Setiap masalah memiliki makna yang membawa kita ke jalan kebajikan. Percayalah, kamu akan bahagia saat berdiri tegak di atas pilunya hatimu.

 Kita dibutuhkan untuk menyelamatkan semesta, jadi kita harus kuat menghadapi setiap masalah. Semesta harus dijaga dengan hati yang bersih. Kamu suka menolong, jadi seharusnya kamu bisa menolong semesta dari kejamnya dunia. Semesta akan menghubungkan semua partikel di dunia ini untuk melawan ketidakpastian. Jika semesta menyerah, kita akan mati dalam ketidakpastian yang mengibarkan bendera putih.

 Aku ingin rezeki datang dengan cara menyelami kebajikan yang diajarkan oleh guru kita. Setiap ilmu yang diajarkan harus diterapkan dalam kehidupan nyata. Hidup ini keras, tapi dengan bekal yang kita punya, kita bisa melewatinya. Jangan risau atas takdir yang buruk. Dengan ilmu yang kita miliki, kita akan selamat dari hal-hal buruk.

 Aku ingin menjadi berwarna merah cerah agar terlihat oleh dunia bahwa aku berarti. Merah identik dengan keberanian melampaui batas. Kita diajarkan untuk mendobrak batas dengan keberanian, konsistensi, kecerdasan, dan interaksi sosial. Ini yang bisa mengubah diri kita menjadi lebih baik. Jangan takut mencoba mendobrak batas meski sakit.

 Rasa sakit dari usaha mendobrak batas mengajarkan kita menghargai diri dan menafsirkan hidup dengan lebih jernih. Setiap usaha memiliki pelajaran penting. Kita akan belajar setiap langkahnya. Jika mengabaikan pelajaran, kita akan jatuh ke jurang dan kalah dengan realita yang kejam. Kekejaman akan selalu menusuk, menyiksa kita, hingga kita lelah dengan dunia ini.

 Dari kekejaman ini, kita bisa sejenak menikmati kopi pahit yang mengandung makna kehidupan. Kopi pahit tidak sepahit hidup kita, malah menenangkan pikiran. Namun, jangan berlebihan, karena bisa membuat kita mati di atas banyaknya pikiran yang menghantui.

 Hidup lebih rumit dari rumus matematika. Jika matematika bisa diselesaikan dengan langkah pasti, hidup tidak demikian. Kita berjalan dengan mata tertutup, berharap keberuntungan datang. Dunia ini tidak bisa dipahami sepenuhnya karena keterbatasan manusia. Namun, dengan pemahaman, dunia bisa bergerak sesuai kata hati kita. Hati akan terhubung dengan semesta dan semesta akan menolong kita saat kekejaman menghajar.

 Aku berharap kita bisa melewati hari-hari yang kejam ini. Keyakinan adalah modal untuk melewati semuanya. Usaha yang terus dilakukan meski sakit, adalah proses menuju kesuksesan. Aku terkesan dengan semangatmu yang gigih menghadapi setiap masalah. Semoga selalu dilancarkan setiap langkahmu.

 Sekian pesan ini, semoga kamu menyukainya. Terima kasih telah membaca sampai habis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Negeri yang Demam oleh Amarah

  Stres berkepanjangan membuat saya terus bertanya pada diri sendiri, mengapa kepala saya dipenuhi masalah dan ketakutan yang menghantui. Lemas dan letih rasanya menghadapi keadaan ini, apalagi melihat situasi yang genting. Kerusuhan dalam diri tak lagi bisa dibendung, penjara ketakutan telah merampas kebahagiaan saya. Ruang-ruang batin pun berantakan setelah hati dan pikiran saya dijarah oleh rasa takut. Berita televisi dan media sosial dipenuhi kecemasan. Kota terasa semakin tercekam oleh massa yang menyampaikan aspirasi kepada mereka yang duduk nyaman di kursi kekuasaan. Emosi membara, kemarahan muncul karena rakyat diremehkan oleh salah satu wakilnya yang seharusnya mewakili suara banyak orang. Massa aksi selayaknya semut-semut kecil, bergerombol lalu bubar ke segala arah tanpa tahu jalan pulang. Mereka berdiri berjam-jam hanya untuk mendengarkan teriakan sekawannya. Namun, tidak semua yang berkerumun murni menyuarakan aspirasi, ada provokator yang membuat keadaan semakin mence...

THR: Dari Mogok Buruh ke Proposal THR

  Bulan Ramadhan telah berakhir, dan saya merasa cukup senang menyambut hari Lebaran. Hari yang penuh kebersamaan itu akhirnya tiba, dan saya tidak sabar menunggu THR. Namun, saya sadar bahwa saya sudah bukan anak sekolah lagi, sekarang saya adalah seorang mahasiswa. Kata saudara saya, anak kuliah justru memiliki lebih banyak kebutuhan dibandingkan anak kecil atau anak sekolah. Tahun lalu saya masih mendapatkan THR, tetapi tahun ini saya tidak tahu apakah masih akan mendapatkannya. Saya butuh uang untuk membeli PDH Belistra dan himpunan, agar bisa segera melunasinya. Saya melihat para pekerja mendapatkan tunjangan hari raya berupa uang atau sembako, termasuk ayah saya. Tahu tidak kalau THR ini di tahun 1953 dulunya disebut Hadiah Lebaran atau Persekot Hari Raya? Saat itu, pemberian tersebut bersifat sukarela dari majikan sebagai bentuk kepedulian sosial. Pada tahun 1950-an, para buruh hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, dengan penghasilan yang bahkan tidak cukup untuk membeli ...

Semua Sudah Diatur, Tidak Perlu Dipikirkan

 Semua Sudah Diatur, Tidak Perlu Dipikirkan   Malam yang sunyi, saya kembali menulis. Kali ini, saya menulis tentang permasalahan kehidupan saya. Masalah hidup saya sama seperti masalah negeri ini. Dari ujung barat sampai timur, negeri ini dipenuhi oleh kicauan mahasiswa yang berteriak menuntut keadilan. Begitu pula saya, yang terus berteriak kepada hati saya sendiri, merasa bersalah atas perbuatan yang telah berlalu.   Iya, memang saya selalu menyesali setiap tindakan yang sudah terjadi. Namun, saya berpikir bahwa Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyesal ketika membuat UU TNI, yang kini membuat gaduh narasi di media sosial. Kerusuhan terjadi di mana-mana karena naskah yang dibuat terburu-buru. Saya tidak tahu apakah naskah itu benar-benar disusun berdasarkan proses demokrasi.   Saya mendukung undang-undang ini karena saya percaya bahwa undang-undang itu tidak akan merugikan rakyat, justru menguntungkan mereka. Namun, saya juga meragukan kemampuan seseor...