Puisi-Puisi Malam
Tidur Sebelum Mati
Aku tak ingin tidur sebelum aku mati
Sebab resah masih tinggal di dada ini
Jika aku terlelap sebelum napas berhenti
Siapa yang tahu—mimpi itu bisa jadi akhir yang sunyi
Bukankah lebih baik berdarah,
daripada berdiri dengan dada yang hampa?
Lebih baik terluka,
daripada hidup dihinggapi luka yang tak pernah reda
Terlelaplah bersama malam
Diiringi nyanyian yang lirih, diam-diam
Mengantar jiwa pada liang dalam
Itu pilihan, bukan?
Untuk tidur... atau hilang perlahan
Beranjak
Fokus kata menyambung paragraf
Abaikan satir, raihlah sukma.
Tanyakan halaman hidupku dengan janji.
Tidak hanya mata mengedip,
Namun skala memainkan perannya.
Di pinggir jalan terjal asa,
Huru-hara angin malam
Membingkai wajah suram
Yang ingin berdiri,
Beranjak dari tempat duduknya.
Jeritan
Aku menoleh ke belakang
Melihat jurang longsor
Dan terdiam sejenak
Suara jeritan dari arahnya
Namun suara itu senyap
Saat aku ingin melangkah
Suara itu kian merana
Desis tak terhiungkan
Mendekat padanya
Suara itu sunyi
Kata pun membeku
Tak terucap
Satu detik pun
Kemudian aku mendengar
Suara napas dari tumpukan tanah
Suara napas mengantarkan diriku
Ke dalam ruang kubur
Yang tak berlampu pengadilan
Suara itu ternyata jeritan kematian
Karya: Abbas Merah
Komentar
Posting Komentar