Melambai pada Senja yang Pulang
.jpeg)
Melambai pada Senja yang Pulang Rafif Abbas Pradana Di kereta listrik buatan Jepang. Aku sedang menikmati sorenya Bekasi dari jendela kereta. Sore itu begitu indah lanskapnya, namun tidak dengan hati ini. Hati itu berwarna senja yang redup, bukan karena matahari terbenam dan bukan karena malam tiba. Tapi karena awan-awan mendung datang tanpa diminta. Awalnya, awan-awan itu datang dengan lembut tanpa melukai hatiku. Kecurigaan hatiku kepada awan itu amat besar, karena nampak merugikan. Senyum, namun matanya tajam menatap serius. Dengan niat sembunyi yang hatiku sendiri tidak ketahui. Ternyata di balik senyumnya ada petir yang menyambar hatiku secara keras karena awan marah tidak direspons atau diperhatikan, betapa sakit rasanya. Akhirnya pedih datang. Keindahan senja dan hati perih bersamaan dalam satu waktu. Sakit rasanya melihat hatiku berdarah karena tersambar petir. Namun ada senja yang menghiburku selama perjalanan. Di situlah aku cukup tenang menikmati eloknya...