Jendela Rumahku

Jendela Rumahku Di malam hari, dengan kesepiannya. Tidak ada suara-suara di luar rumahku. Hanya suara kipas angin dan isi hatiku yang sibuk. Setiap sudut rumah terasa gelap oleh cahaya lampu kuning yang menggantung lesu. Tidak terlalu terang, tidak juga sepenuhnya gelap. Cukup untukku membaca puisi kemarin malam. Aku berjalan, berputar-putar mengelilingi tiap sudut rumah tanpa alasan yang jelas. Mungkin hatiku yang bersisik itu membuatku melangkah tanpa arah. Sampai akhirnya aku berhenti di depan jendela. Aku memandangi jendela itu. Tertutup rapat, sama seperti pintu-pintu dalam rumah ini. Dan aku merasa, jendela itu seperti diriku. Tertutup oleh banyak hal dari dunia luar. Cerita-cerita yang kumiliki kusimpan sendiri, tak banyak yang tahu. Aku pun sulit berinteraksi dengan orang lain—seperti jendela yang tak pernah dibuka. Kaca jendela itu memantulkan wajah kusam ku Dengan nuansa gelap malam yang merayap ke dalam. Aku melihat bayangan diriku sendiri. Terdiam. Ingin berbicar...