Saya kesal melihat puluhan kilometer di kampus saya dipenuhi sampah yang berserakan. Dalam batin, saya sering merasa risih melihat mereka, sampah-sampah itu, tertidur lemas tanpa ada yang membangunkan untuk dipindahkan ke tempat semestinya. Ada berbagai jenis sampah: jika berupa daun, mereka bisa mati kemudian menjadi pupuk; sedangkan plastik, mereka seperti makhluk setengah sadar yang memendam harapan ada yang meletakkan mereka di tempat yang tepat, sayangnya harapan itu seringkali menjadi angan-angan semata. Kantin kampus adalah pusat peradaban sampah. Namun perlu diingat bahwa mereka, sampah-sampah itu, juga pantas mendapat keadilan. Mereka punya hak untuk ditempatkan di tempat yang rapi dan nyaman agar bisa beristirahat tanpa gangguan makhluk-makhluk lain. Di kampus, saya melihat tiga tempat sampah dengan tiga warna yang berbeda dan fungsi yang seharusnya berbeda. Perbedaan kategori itu seharusnya menentukan nasib sampah, mau dibawa ke mana sampah-sampah yang terlelap itu. Namun...
Menulis sepanjang Hayat