Kamis, 27 Maret 2025, saya mengikuti aksi rusuh. Awalnya, saya berangkat jam 6 pagi sebagai peserta aksi pertama yang berada di gedung DPR Senayan. Saya tidak sendirian dalam aksi ini, melainkan bersama teman saya yang bernama Saki. Saki adalah seseorang yang tidak lama mendapatkan pekerjaan karena rezim tidak memperdulikan nasib masyarakat yang kesulitan mencari kerja akibat lapangan kerja yang terbatas. Pemerintah hanya memberikan janji manis, katanya telah membuka sebelas juta lapangan kerja baru dalam tiga tahun terakhir. Namun, keraguan muncul saat melihat kondisi perekonomian kita yang kacau balau, apalagi dengan situasi politik dan birokrasi yang bahkan bayi sekalipun tidak akan mengerti. Arahnya tidak jelas mau ke mana. Saya dan Saki ingin pergi ke gedung yang menjadi pusat drama politik, tempat di mana setiap orang memainkan perannya masing-masing untuk menciptakan citra yang bagus sekaligus mengeluarkan bau busuk dari citra itu. Saya pergi demo jam 2 siang karena ...
Menulis sepanjang Hayat